Pakaian layak pakai (PLP), sepertinya masih menduduki peringkat pertama donasi masyarakat kala bencana. Posisinya unggul di atas mie instan yang menempati urutan kedua.
Setiap kali bencana, dua entitas ini pepet-pepetan, saling menyusul dalam menempati urutan teratas pengumpulan donasi barang.
Nah, seringkali, PLP ini jadi masalah di lokasi bencana ketika jumlahnya berlebihan, menggunung yang jika tak terkendali berpotensi menjadi gunung tertinggi, bikin minder Everest yang selama ini kokoh berdiri di puncak juara.
Bukan maksud untuk menolak sumbangan/donasi PLP. Karena sebenarnya yang dibutuhkan di beberapa lokasi bencana tidak hanya itu. Ada ambang batas, serta etika yang perlu dipahami bersama.
Seringkali PLP ini jadi pemandangan yang memprihatinkan, bukan cuma soal jumlahnya yang berlebihan, tetapi kualitasnya juga yang tidak semuanya layak pakai.
Jangan salahkan jika ada asumsi dari relawan atau penyintas jika sumbangan PLP sebagian lebih mirip “buang sampah”.
Ya karena memang kualitasnya seperti sampah, seperti pakaian yang koyak, reseleting rusak, bolong, dimakan rayap, bau tak sedap atau bahkan pakaian dalam dobel seken.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum Anda mendonasikan pakaian layak pakai ke lokasi bencana, baik langsung maupun melalui lembaga kemanusiaan.
Pertama jenis bencananya, kedua kualitas pakaiannya. Tidak semua bencana benar-benar membutuhkan pakaian layak pakai.
Longsor, banjir bandang, kebakaran dan tsunami yang memang bencananya langsung menerjang rumah dengan lumpur misalnya, termasuk bencana yang membutuhkan donasi pakaian.
Sedangkan gempa, banjir, erupsi gunung, angin puting beliung, boleh dibilang tidak terlalu membutuhkan donasi pakaian.
Kalaupun ada kebutuhan, jumlahnya tidak terlalu signifikan. Biasakan bertanya lebih dulu ke relawan apakah pakaian layak pakai benar-benar (masih) dibutuhkan di lokasi bencana.
Kedua, soal kualitas donasi pakaian. Mohon perhatikan kualitas pakaian yang hendak disumbangkan. Kaidah utamanya adalah, jangan donasikan sesuatu yang Anda sendiri tidak mau menggunakannya.
Kaidah kedua, berikanlah untuk saudaramu yang baik (terbaik). Jika mungkin donasikan pakaian baru.
Tetapi jika tetap ingin donasi pakaian layak pakai, perhatikan kualitasnya. Tidak bau, tidak rusak (koyak, malfungsi dan lain sebagainya), dan bukan pakaian dalam bekas.
Berikan yang baik tidak harus baru, dan saudara-saudara kita yang tertimpa musibah tetaplah harus kita hargai. Maka kita bisa memberikan yang baik dan dengan cara yang baik.
Pilah atau sortir dulu sebelum didonasikan. Apa yang jadi acuan? Kelayakan (bagus dan baik), dan kepantasan (sopan).
Pilah juga sesuai peruntukkannya, lelaki dewasa, perempuan dewasa, anak laki, anak perempuan, dan balita.
Bahkan pilah juga untuk yang khusus, pakaian sholat, mukena atau sarung. Upayakan untuk perhatikan hal detil tapi prinsip, misal kaos dengan motif / tulisan “agama” agar jadi catatan para relawan saat mendistribusikan.
Sempatkan untuk mencuci (laundry) pakaian dan melipat rapih, jika perlu sudah dalam kondisi terbungkus plastik dan wangi seperti baru.
Bayangkan wajah mereka yang menerimanya. Senang?
Beri tanda tag di atas kardus yang sudah dipilah berdasarkan jenisnya, “Pakaian Lelaki Dewasa”, “Pakaian Anak Lekaki”, “Balita” dan sebagainya.
Packinglah dengan baik dan kuat, sehingga tidak hancur atau rusak dalam proses pengiriman. Ini semua bagian dari cara kita memuliakan para penyintas bencana.
Sapalah mereka dengan bantuan yang baik dan memanusiakan. Bayangkan kita berada dalam posisi mereka.
Sebagian mereka bukan orang yang tidak mampu, tetapi dalam situasi darurat mereka kadang terpaksa menggunakan pakaian bekas dari sumbangan kita.
Bukannya relawan tidak mau repot, kerja relawan cukup banyak, namun kadang cukup menyita waktu untuk memilah donasi pakaian yang benar-benar layak dan manusiawi.
Beberapa komunitas melakukan hal kreatif, mereka menahan bantuan PLP di lokasinya masing-masing, lalu melakukan garage sale, lalu hasilnya didonasikan ke lembaga kemanusiaan. Keren. Setiap helai donasi pakaian dari Anda tetap sangat berharga dan kami hargai. Terima kasih orang-orang baik Indonesia