Tahu enggak? salah satu kondisi yang sedang dihadapi orang dewasa adalah
kekhawatirannya akan masa depan. Parahnya, ini juga dapat berdampak pada rasa
cemas yang berlebihan hingga mengganggu kehidupan sehari-harinya. Keadaan ini
biasa disebut Overthinking. Apa sih yang sebenarnya bikin kita overthinking? Apakah
kita sedang galau bagaimana mempersiapkan kebahagiaan?
Kita sering merasa cemas pada sesuatu yang belum tentu terjadi di masa
depan. Membuat hipotesis sendiri terkait kemungkinan-kemungkinan terburuk hanya
akan memperburuk keadaan. Berkutat pada masa depan juga menjauhkan kita dari
masa kini, hal itu menyebabkan kita tidak dapat menghargai kebahagiaan yang
ada di depan.
Seorang teman pernah berbagi cerita perihal dia yang selalu berpikir keras
tentang sebuah perencanaan mencapai bahagia. Jika nanti memiliki anak, dia
ingin perencanaan yang dibuatnya sukses diterapkan, walaupun saat ini untuk
menikah saja belum tahu dengan siapa. Lalu, ketika ditanya “bagaimana jika
tidak sesuai yang direncanakan?” dia mengatakan itu pasti akan membuatnya shock
berepanjangan, bahkan masih takut gagal.
Berpikir tentang bagaimana menjalankan masa depan memang tidak salah, mencari
kebahagiaan tentu tidak dilarang, namun mengingkari adanya risiko sesuatu tidak
bisa selalu berjalan semesti yang diharapkan bukanlah hal yang baik untuk dibiarkan,
apalagi jika pikiran itu membawa kita pada teori-teori tak teruji yang dibuat
sendiri.
Melalui internet, kita bisa membaca beragam tips and trick cara
melepaskan diri dari kondisi overthinking. Hampir semua narasi yang mereka
tawarkan sama; sibukkan diri dengan hal positif, berteman dengan orang yang
bersikap positif, atau menemukan hobi baru yang akan menciptakan pikiran yang
positif. Namun, jika kamu menerapkan hal itu, apakah kamu yakin akan membantumu
berhenti overthiking? Jika iya, maka cobalah, jika tidak, bagaimana?
“Tidak ada yang dapat menyelamatkanmu selain dirimu sendiri” kata-kata bijak
yang telah banyak bertebaran di semua platform digital ini bisa menjadi tolak
ukur bagi kita. Menggantungkan harapan dan kebahagiaanmu pada orang lain agar
kamu terlepas dari masalah yang sedang kamu hadapi hanya akan membuatmu kecewa.
Jadi, cobalah lihat apa yang kami miliki kini, gunakanlah sesuatu itu untuk
mengajak pikiranmu bicara dan bermain bahwa masih banyak hal baik yang dunia
tawarkan untuk kamu hargai keberadaannya. Kamu tentu lebih mengerti dirimu
sendiri lebih dari siapapun, siapa lagi yang bisa berjuang untuk kita jika
bukan diri kita?
Lagi lagi, mencari bahagia memang tidak salah, namun apakah itu
kebahagiaan hingga kamu harus berpikir berlebihan? Apakah jika suatu saat kamu cukup bahagia yang sesuai standar manusia, artinya kamu tidak akan bahagia?
Elizabeth Gilbert pernah menulis dalam buku memoarnya yang laris, Eat, Pray, Love, dia mengingat nasihat dari seorang Guru:
"Kebahagiaan merupakan konsekuensi dari usaha pribadi. Kita berjuang untuk itu, mengupayakan, dan kadang-kadang bahkan melakukan perjalanan keliling dunia untuk mencarinya."